Pages

Jumat, 05 September 2014

Kepemimpinan Utsman bin Affan



Keberhasilan Nabi Muhammad Saw dalam membangun peradaban dunia dan kemudian ditambah lagi dengan kegemilangan generasi para sahabat yang mewariskan sistem dan nilai luhur saat tampil memegang tongkat kepemimpinan setelahnya merupakan torehan sejarah yang layak dicatat dengan tinta emas.
Khulafaur Rasyidin adalah bukti dari suksesnya pewarisan sistem dan nilai tersebut, wafatnya Nabi tidak serta-merta menjadikan Islam kehilangan mercusuar peradabannya karena memang risalah ilahiyah ini tidak pernah bergantung pada satu namapun. Ditangan empat khalifah yang pertama inilah Islam telah mencapai puncak kejayaannya. Sebuah prestasi yang belum berulang dua kali sampai hari ini. hingga suatu hari datang dan merebaknya fitnah yang disulut oleh kedengkian musuh-musuh Islam.
Utsman adalah sosok seorang pengusaha sukses yang selama hidupnya telah menyumbangkan harta bendanya untuk kepentingan Islam, secara lahiriah usman memang bukanlah seorang negarawan. Akan tetapi siapa sangka tokoh yang sudah mencapai umur tua ini memiliki kemampuan yang berbeda dengan khalifah sebelumnya dalam memimpin umat Islam. sifat kelemahlembutan dan kematangan dalam dirinya membuat dia menjadi seorang pemimpin yang lembut dan paternalistik (kebapak-an).
I.   a. Utsman sebelum masuk Islam
Utsman dilahirkan di mekkah pada tahun 573 masehi bertepatan dengan tahun ke enam dari kelahiran Nabi saw. Ayahandanya ‘Affan ibn Abi Ash keturunan Bani Umayyah yang cukup disegani pada saat itu. Dan jika ditelusuri silsilah keturunannya dengan Nabi maka akan bertemu pada kakeknya yang ke enam yakni Abdi Manaf ibn Qushay.
Utsman adalah saudagar sukses yang berlimpah kekayaan harta. Namun, meski demikian beliau dikenal sebagai sosok yang rendah hati, pemalu, dan dermawan sehingga beliau begitu dihormati oleh masyarakat di sekelilingnya.
b. Usman masuk Islam
   Masuknya utsman kedalam Islam berawal dari sebuah suara dalam mimpinya di bawah rindang pohon antara maan dan azzarqa yang menyarankan agar beliau segera kembali ke mekkah sebab orang yang bernama Muhammad telah muncul membawa ajaran baru yang kelak akan merubah dunia sebagai utusan Tuhan.
   Setelah terbangun dari mimpinya beliau bergegas kembali ke mekkah dan menanyakan hal ihwal ataupun makna yang tersimpan dari kejadian yang menimpanya. Kemudian beliau bertemu dengan Abu bakar dan mengajaknya untuk mengikuti langkahnya yang lebih dahulu memeluk Islam. Lalu menghadaplah keduanya kepada Rasulullah untuk menyatakankeIslamannya.
Sungguh tak terbilang pengorbanannya terhadap Islam, tak terbatas pada hartanya saja yang selalu dibelanjakan di jalan Allah nyawanya pun teramat sering terancam dengan berbagai pengucilan dan penyiksaan dari kerabat dan pemuka Quraisy ketika mereka tahu keIslamannya. Di sisi lain Allah serta rasulnya begitu mencintainya sehingga pernah satu riwayat disebutkan bahwa beliau adalah salah satu penghuni syurga yang akan menemani rasul kelak.
c. Usman menjadi khalifah
   Utsman bin Affan diangkat menjadi khalifah atas dasar musyawarah dan keputusan sidang Panitia enam, yang anggotanya dipilih oleh khalifah Umar bin khatab sebelum beliau wafat. Keenam anggota panitia itu ialah Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdurahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah.
   Tiga hari setelah Umar bin khatab wafat, mengadakan sidanglah enam orang ini. Abdurrahman bin Auf memulai pembicaraan dengan mengatakan siapa diantara mereka yang bersedia mengundurkan diri. Ia lalu menyatakan dirinya mundur dari pencalonan. Tiga orang lainnya menyusul. Tinggallah Utsman dan Ali. Abdurrahman ditunjuk menjadi penentu. Ia lalu menemui banyak orang meminta pendapat mereka. Namun pendapat masyarakat pun terbelah.
Sebagian besar warga memang cenderung memilih Utsman. Sidangpun memutuskan Ustman sebagai khalifah.  Maka Utsman bin Affan menjadi khalifah ketiga dan yang tertua. Pada saat diangkat, ia telah berusia 70 tahun. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram tahun 24 H. Pengumuman dilakukan setelah selesai Shalat dimasjid Madinah
Hal-hal yang dilakukan Usman saat menjadi khalifah :
      Perluasan wilayah
Seperti yang telah dikemukakan diatas bahwasanya utsman harus bekerja lebih keras lagi dalam mempertahankan dan melanjutkan perjuangan panji Islam sebab berbagai ancaman dan rintangan akan semakin berat untuknya mengingat pada masa sebelumnya telah tersiar tanda-tanda adanya negeri yang pernah ditaklukkan oleh Islam hendak berbalik memberontak padanya. Namun demikian, meski disana-sini banyak kesulitan beliau sanggup meredakan dan menumpas segala pembangkangan mereka, bahkan pada masa ini Islam berhasil tersebar hampir ke seluruh belahan dunia mulai dari Anatolia, dan Asia kecil, Afganistan, Samarkand, Tashkent, Turkmenistan, Khurasan dan Thabrani Timur hingga Timur Laut seperti Libya, Aljazair, Tunisia, Maroko dan Ethiopia. Maka Islam lebih luas wilayahnya jika dibandingkan dengan Imperium sebelumnya yakni Romawi dan Persia karena Islam telah menguasai hampir sebagian besar daratan Asia dan Afrika.

     Pembentukan armada laut Islam pertama

       Ide atau gagasan untuk membuat sebuah armada laut Islam sebenarnya telah ada sejak masa kekhalifahan umar bin khatab, namun beliu menolaknya lantaran khawatir akan membebani kaun muslimin pada saat itu.
      
Setelah kekhalifahan berpindah tangan pada usman maka gagasan itu diangkat kembali kepermukaan dan berhasil menjadi kesepakatan bahwa kaum muslimin memang harus ada yang mengarungi lautan meskipun sang khalifah mengajukan syarat untuk tidak memaksa seorangpun kecuali sukarela. Berkat armada laut ini wilayah Islam bertambah luas setelah menaklukkan pulau Cyprus meski harus melewati peperangan yang melelahkan.

      Kodifikasi al Qur’an        
      Masa penyusunan al -Qur’an memang telah ada pada masa Khalifah Abu Bakar atas usulan Umar bin Khaththab yang kemudian disimpan ditangan istri Nabi Hafsah binti Umar. Berdasar pertimbangan bahwa banyak dari para penghafal Al – Qur’an yang gugur usai peperangan Yamamah. Kini setelah Ustman memegang tonggak kepemimpinan dan bertambah luas pula wilayah kekuasaan Islam maka banyak ditemukan perbedaan lahjah dan bacaan terhadap Al – Qur’an. Inilah yang mendorong beliau untuk menyusun kembali Al – Qur’an yang ada pada Hafsah dan menyeragamkannya kedalam bahasa Quraisy agar tidak terjadi perselisihan antara umat dikemudian hari. Seperti halnya kitab suci umat lain yang selalu berbeda antar sekte yang satu dengan yang lainnya. Maka diutuslah beberapa orang kepercayaannya untuk menyebarkan Al – Qur’an hasil kodifikasinya ke beberapa daerah penting antara lain Makkah, Syiria. Kuffah, Syam, Bashrah dan Yaman. Kemudian Beliau menginstruksikan untuk membakar seluruh mushaf yang lain dan berpatokan pada mushaf yang baru yang diberi nama Mushaf Al-Iman.
Di samping itu, usman juga melakukan pembangunan fisik lainnya seperti membangun perumahan penduduk, gedung peradilan, jalan-jalan, jembatan, dan fasilitas lainnya.
Dalam bidang politik, banyak sejarawan menilai usman melakukan praktik nepotisme. Ia mengangkat pejabat-pejabat yang berasal dari kalangan keluarganya, meskipun tidak layak untuk memegang jabatan tersebut. Awal praktik nepotismenya yang menurut para sejarawan adalah pemecatan al Mughirah ibn Abi Syu’bah sebagai gubernur kufah dan digantikan oleh Sa’ad ibn al Ash, saudara sepupu Usman. Yang lebih fatal, jabatan sekretaris negara yang merupakan jabatan strategis dan sangat penting dalam pemerintahan, diserahkannya kepada marwan ibn hakam, saudara sepupunya juga. Marwan adalah politisi licik dan haus kekuasaan.

III.
Akhir Masa Kepemimpinan Ustman bin Affan
     Satu dekade pertama kepemimpinan Ustman adalah masa yang dipenuhi dengan prestasi penting dan kesejahteraan ekonomi yang tiada duanya, terkecuali pada dua tahun terakhir yang berbanding terbalik dengan sebelumnya kondisi serba sulit akibat merebaknya fitnah dan kedengkian musuh – musuh Islam yang diarahkan padanya sehingga beliau syahid dengan amat tragis pada jum’at sore 18 Dzulhijjah 35 H ditangan pemberontak Islam.
    Di akhir masa pemerintahan usmana ter;jadi beberapa gejolak besar. Salah satunya adalah fitnah yang dilayangkan orang-orang yang benci kepada pemerintahan usman. Tokoh yang menyebarkan fitnah tersebut adalah ibnu saba, ia meniup dan menyalakan api fitnah ke seluruh penjuru negara Islam.
     Mula-mula ia pergi ke baghdad lalu ke kufah, kemudian ke syam dan setelah itu ke mesir. Selama perjalanannya dia menyuruh kalangan muslim untuk membelanya dan ikut menyebarkan berita fitnah itu kemana-mana. Isi propagandanya adalah bahwa ali adalah penerima wasiat nabi yang juga penutup para penerima wasiat, dengan demikian usman telah mengambil kedudukan ali sebagai waris karib rasulullah secara tidak sah.
Setelah muncul banyak fitnah, usman menangani masalah ini dengan cara :
1.  Mengumpulkan dewan syura dari kalangan sahabat dan meminta pendapat mereka tentang kebijakan apa yang seharausnya diambil dalam menangani pemberontakan yang muncul di beberapa daerah dan hasilnya disosialisaikan oleh usman.
2.  Beliu mengutus orang untuk menyelediki kejadian yang sebenarnya dan meneliti akar permasalahan 
3.  Beliu meminta para gubernur agar berkumpul di madinah kemudian mendiskusikan sebab permasalahan dan beliu mengarahkan mereka agar selalu berbuat baik terhadap rakyat dan menghindari semua pergolakan dan perselisihan.
4.  Memerintahkan para gubernur agar tidak memberikan tindakan yang keras kepada para perusuh atau memenjarakan dan membunuh mereka.
5.  Mengabulkan beberapa pertukaran gubernur dengan gubernur yang mereka inginkan
Dengan adanya pembelaan usman yang seperti itu, tetap belum bisa memadamkan api pergolakan yang terjadi. Bahkan kaum pemberontak semakin menjadi dan melakukan pengepungan ke rumah usman. Sampai akhirnya terjadilah tragedi pembunuhan usman.



Daftar pustaka


Iqbal, Muhammad, Fiqh siyasah : Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, Jakarta : Gaya Media Pratama, Cetakan ke-2 September 2007.


Muhammad Husain Haekal, Usman bin Affan, Antara Kekhalifahan dengan Kerajaan, cetakan kelima, Jakarta: Litera Antar Nusa, 2007. 

0 komentar:

Posting Komentar