Pages

Rabu, 23 Juli 2014

Pemilik hati malaikat, siapa mereka?




Tumben-tumben sekali lihat beranda fb dipenuhi ucapan selamat, kata-kata manis, puisi dan segala bentuk ekspresi untuk anak, setelah kucari tahu rupanya hari ini adalah hari anak nasional. Kok saya baru tahu?
Anak kecil, bagi saya sosok paling menggemaskan, lucu, manis, suci, hatinya bersih yeah, hatinya bersih seperti malaikat, perumpamaan ini memang sangat absurd sebab saya juga tidak tahu pasti seperti apa sosok malaikat, yang saya tahu malaikat tidak punya nafsu untuk berbuat jahat, hatinya suci, bersih ya seperti itulah anak-anak, lahir dalam keadaan suci, tanpa dosa, belum diberikan beban untuk melakukan aturan dari Tuhan, masa anak-anak adalah proses untuk bermain sekaligus belajar. Dan mereka tulus, apa yang mereka lakukan, apa yang mereka katakan, itu tulus dari hati, tidak ada nafsu untuk melukai, menyakiti, semuanya tanpa pamrih, hati bersih, seperti malaikat.
Beberapa bulan tinggal di pengasingan ini membuat saya semakin mencintai anak-anak, sebab setiap hari berinteraksi dengan mereka, mengajar di kelas, bertemu dan terkadang saya pun ikut bermain dalam dunia mereka. Teman-teman bilang saya sudah cocok jadi ibulah, cocok jadi guru TK lah, cocok dengan dunia anak, sebab entah kenapa saya juga tidak tahu setiap kali melihat sosok mereka, spontanitas tanpa saya tahu sebabnya saya akan mendekati mereka, ikut bermain, dan akhirnya mereka menjadi dekat dengan saya.
Sejak dulu saya memang sudah menyukai anak-anak, setiap kali kumpul keluarga bertemu keluarga besar, berkumpul anak-anak kecil anak dari paman dan bibi, sudah dipastikan mereka akan meminta saya mengurus anak-anak, memandikanlah, suapi makan, ganti popok, me-ninabobokan, bahkan ketika bibi saya melahirkan saya ikut mendampingi dan saat bayi mungil nan lucu itu lahir saya sudah berani menggendongnya, padahal masih bau amis darah, entah saya juga tidak tahu, perasaan suka, mencintai, hal semacam itu ibarat magnet yang menarik saya untuk masuk ke dalamnya tanpa tahu apa sebabnya.
Saya sangat heran dengan para ibu yang tega membunuh anaknya, mengubur anaknya hidup-hidup, mengaborsi, menyiksa, hal-hal yang membuat saya merinding dan bertanya, apa salah mereka?, mereka tidak berdosa, kok bisa-bisanya melenyapkan sosok yang memiliki hati seperti malaikat itu. Sampai pada satu pemikiran, saya ingin sekali punya anak, tapi jangan dulu menikah, ya hanya punya anak (mustahil), yah sebab saya bukan maryam yangg diberikan Nabi Isa tanpa ayah, dan keinginan itu semakin besar hingga sekarang. Lalu mendengar berita-berita anak-anak kecil di palestina banyak yang hidup tanpa ayah dan ibu, saya jadi ingin mengambil barang satu atau dua diantara sosok pemilik hati malaikat itu untuk jadi anak saya.
Namun, rupa-rupanya keinginan itu menjadi samar, sebab saya lupa diri bagaimanalah bisa membesarkan generasi-generasi yang soleh dan solehah, mendidik anak dengan baik, sementara saya saat ini pun masih begini, masih penuh dengan keburukan.
Wahai para pemilik hati malaikat, selamat sudah terlahir ke dunia, bersiaplah menghadapi hidup yang semakin hari semakin keras ini, tapi jangan pernah takut meminta perlindunganlah selalu padaNya, sebab hanya Dia yang mampu membuat kita bisa bertahan di dunia yang kejam ini.
Selamat hari anak...
Love you always, :-*



23 juli 2014
Pakpayoon, Phattalung.


Rabu, 16 Juli 2014

Obrolan tengah malam (Part 1)



Malam yang biasa, seperti malam-malam kemarin, kemarinnya, aktivitas yang sama, tidak ada yang khusus, hanya saja hal yang dibicarakan berbeda, tanpa harus bersepakat memulai obrolan, tiba-tiba saja salah seorang teman bercerita. Tentang seseorang yang ia kenal, mengalami kecelakaan, sampai koma dan ternyata ajaib, ia sembuh total. Aku menimpali, menceritakan teman yang kukenal, sama pula mengalami kecelakaan, koma dan ajaib, ia juga sembuh total.
Satu persatu mulai menimpali menceritakan pengalaman yang pernah dialami, tentang keajaiban Tuhan, tentang kematian yang tiba-tiba, tentang tanda-tanda seseorang akan menjemput kematian, malam semakin larut dan pembicaraan terus berlanjut.
Kematian adalah pengingat paling ampuh untuk membuat seseorang sadar, merasai artinya sakit kehilangan, merasai bagaimana nantinya kita pun mengalami hal serupa, mati. Tidak sedikit orang yang hampir di ujung nyawa, keajaiban Tuhan datang padanya, dan kematian membuatnya tertunda. Hanya soal waktu memang, semua akan mengalami.
Jika saja kematian ibarat Rosulullah yang sudah di depan mata bisa melihat indahnya syurga, maka kematian menjadi nikmat paling indah. Tapi rupanya kita bukan Rosulullah, bahkan berandai-andai pun tidak akan pernah membalikan waktu atau membuat yang diinginkan tiba-tiba menjadi nyata, tidak, kita akan mengalami sakit dan takut itu, jika saja ingin mengalami nikmat serupa maka ikutilah Rosulullah.
Jika di ujung nyawa Rosulullah yang dikhawatirkan adalah nasib umatnya, bagaimanalah dengan kita? Bahkan perang di palestine pun, kita tak bisa berbuat apa-apa.
Semoga Tuhan memberi maaf pada orang-orang yang lalai, sepertiku...


Rabu, 09 Juli 2014

Batuk kodok, gadis keras kepala dan seorang ibu tua, :)



Malam ini saya merasa amat terharu, saat shalat tarawih, saya berada diantara dua orang ibu tua, yang disebelah kanan seorang ibu setengah baya, saya taksir usianya hampir seusia nenek saya, dan sebelah kiri saya seorang ibu yang sudah sangat tua, ya kira-kira seusia ibunya nenek saya mungkin.
Akhir-akhir ini penyakit batuk “kodok” saya kambuh lagi, entah sebab apa, tapi mungkin yeah makanan pedas dan es yang tidak pernah saya tinggalkan, mau gimana lagi keduanya udah jadi bagian penting dalam hidup (hayaah, gaya), saya memang keras kepala sejak dulu dilarang makan pedas dan es masih saja malah makin menggila semenjak disini, jadi mungkin karena itulah batuk “kodok” kambuh lagi.
Nah, ketika sholat tarawih tadi sepanjang sholat batuk saya tak mau berhenti, saya pun merasa kesal sendiri, sudah ditahan-tahan tapi tetap saja keluar, saya merasa kurang enak pada jama’ah terutama dua orang ibu disamping saya, sampai akhirnya momen yang bikin terharu itu terjadi, selesai sholat ibu yang saya taksir seusia nenek saya tiba-tiba memegang pundak saya, ia bicara yang saya tidak mengerti, mungkin dia ingin tanya apa saya sakit? (Cuma perkiraan aja si), dan dengan seketika ibu tadi meminta pada ibu yang lain semacam minyak angin yang rasanya hangat dikulit tapi baunya bikin mual, ibu tadi membuka minyaknya dan ternyata dia meminta saya memakai minyak itu di leher, dada dan hidung, meski saya merasa tak suka mencium baunya tapi tak enak hati akhirnya saya pakailah minyak tadi, dan memang rasanya panas sekali di kulit tapi lumayan batuk saya sedikit berkurang.
Sepanjang perjalanan pulang dari masjid, saya jadi ingat nenek, sosok yang sering merawat saya kalau sakit, membuatkan obat-obat tradisional ala orang zaman dulu tapi terbukti manjur, sebab saya pernah mencobanya. Saya jadi ingat nenek, yang saat saya sakit, beliau memijat pundak dan melumuri tubuh saya minyak hangat, seseorang yang saya cintai dan selalu memberi banyak nasehat pada saya soal kehidupan dan kerasnya hidup.
Bagaimana kabarmu nek?
Usianya memang sudah cukup tua tapi beliau masih sehat dan kuat melakukan pekerjaan rumah tangga, walaupun kadang-kadang kakinya mendadak sakit dan susah berjalan tapi beliau masih rajin ke masjid dan membaca Qur’an setiap hari. Impian beliau yang belum kesampaian adalah ke mekkah, semoga tahun ini bisa pergi kesana dan beliau selalu diberi kesehatan dan kemudahan, Amin.
Terimakasih untuk ibu yang baik hati, dan untuk nenek yang jauh disana, semoga baik-baik saja, J




09 Juli 2014

Pakpayoon, Pathalung. 

Jumat, 04 Juli 2014

Akhirnya saya tidak golput


Wow, besok pilpres man teman, yeah di negri kita memang 9 juli, tapi disini dipercepat jadi 5 juli, lebih bagus si biar tak lagi pusing mau memilih siapa. Tapi sejujurnya saya juga bingung, bukan hanya bingung akan seperti apa hasil dari pilpres, bingung harus memilih siapa, juga bingung karena ini untuk pertama kalinya selama 23 tahun hidup, first time saya memilih.
Yeah begitulah saya memang pemalas, kurang peduli dengan segala hal yang berbau politik, i dont care sejak dulu, tidak mau tahu, tidak ingin tahu dan tahu-tahu presiden terpilih, gubernur terpilih, walikota terpilih, bupati dan seterusnya. Setiap kali ada pemilihan entah kalangan apapun ada saja alasan untuk tidak menyempatkan diri memilih, pemilihan bupati di kota saya dulu jelas alasannya karena saya merantau dan tidak mungkin kan harus pulang Cuma buat milih tuh bupati, mending di ongkosin pulang, hahaha... akhirnya sekarang juga kena kasus korupsi #ups, terus milih presiden yeah lagi-lagi alasan merantau, walaupun katanya bisa milih di kota tempat merantau ada aja alasannya, kurang tahu informasilah, tempatnya jauhlah, saya gak bisa bawa motorlah, yeah begitulah benar-benar gak respect banget, ckckck warga negara yang tidak baik.
Sampai akhirnya saya kabur dari negri sendiri dan memilih mencari pengalaman di negri orang dan sampai pada momen pemilihan presiden, awalnya saya ingin mencari alasan lagi untuk tidak memilih, tapi sejak saya membaca sebuah artikel (yang membahas tentang pentingnya peduli pada politik) saya lupa yang nulis siapa, tapi artikel itu sedikit membuka pikiran saya walaupun belum sepenuhnya, salah satu isinya mengatakan seburuk apapun politik dan isinya (pemerintah, legislatif dkk) tetap saja politik itu penting sebab kitalah yang kena dampak dari politik, kita bagian dari rakyat kecil yang tak punya kekuatan, tak punya kuasa, tak punya nilai tawar untuk sekedar menyumbangkan suara, kita seolah tak ingin peduli sebab kita benci dengan prilaku para pejabat di atas sana, tapi bagaimana kalau kita benar2 tak peduli lalu rakyat kecil yang diperlakukan tidak adil siapa yang akan membela? Nenek yang kelaparan Cuma mencuri singkong, Cuma mencuri ini itu tapi dihukum berat sedangkan yang setiap hari mencuri harta rakyat dibiarkan saja, membuncitkan perut, liburan dengan keluarga, selingkuh, ke tempat dolly (sebelum dolly ditutup pastinya, haha) siapa yang akan membela? Sebenarnya hal semacam ini sudah saya tahu sejak dulu tapi entahlah seperti tak dipedulikan begitu saja berlalu.
Yeah, memang tidak persis sama kata-katanya dalam artikel tapi intinya begitu dan masih banyak lagi hal yang membuka pemikiran saya, soal politik ternyata tak sesederhana yang selama ini saya pikir, ya memang begitulah kalau pemalas dan tidak mau membuka pikiran, keras kepala, hahaha...
Dan sampailah hari esok ini, saya akan memilih pemimpin, saya memang masih meragukan kedua pasangan, sebab saya takut nasib bangsa yang besar ini akan dibawa kemana, memilih pemimpin tak sesederhana ketika memilih buku yang ketika kita baca judul atau sinopsisnya kita tertarik begitu saja, walaupun ternyata isinya mengecewakan kita tidak akan rugi rugi amat sebab pasti isi dari sebuah buku ada pelajaran yang bisa diambil walaupun sedikit.
Saya tidak tahu, malam ini saya merasa gugup sekali, gugup yang pertama kalinya saya rasakan untuk urusan ini, sebab karena ini pertama kalinya saya memilih dan entah kenapa saya perhatikan pilpres kali ini paling anarkis dan paling heboh dibanding yang dulu-dulu (sok tahu aja), jadi menambah ketakutan saya, saya Cuma bisa berdo’a semoga yang saya pilih memang yang bisa membawa negri kita pada perbaikan, walaupun banyak kurang dan madharatnya semoga yang memang madharatnya paling minimal. Dan semoga yang menang nanti adalah seseorang yang mampu memimpin dengan baik, bukan hanya memimpin 1 atau 2 orang tapi memimpin berjuta-juta orang dengan berbagai agama, suku, budaya.
Allah, ridhoi kami, dan tunjukkan kami jalan yang benar, J amin.



04 Juli 2014

Pakpayoon, Phathalung.