Tercengang, kaget sampai
ingin meluapkannya lewat airmata, tapi ditahan, ditahan sebisa saya, tidak enak
harus bersikap yang berlebihan di situasi yang memang sudah biasa seperti ini. Biasanya
saya hanya melihat hal-hal ini terjadi dalam film, kekerasan pada siswa oleh
guru-guru di sekolah, dulu ada film judulnya “iam not a stupid”
bercerita tentang pendidikan anak dan kekerasan pada anak, dan disini hampir
setiap hari saya menyaksikan hal lumrah itu, para siswa dipukul dengan rotan,
dengan tangan, dan itu bukan hanya terjadi pada tingkat SMP atau SMA yang
secara fisik sudah lebih kuat, tapi hal ini juga terjadi pada siswa TK dan SD
bahkan saya sempat tak bisa berkata-kata ketika pertama kali mengajar SD yang
pertama kali diberikan oleh guru kelasnya ada kayu panjang, gunanya untuk
memukul siswa yang nakal di kelas, setiap guru yang masuk membawa kayu panjang itu,
entahlah saya Cuma bisa tercengang dalam hati.
Di upacara bendera yang
takzim pun bila siswa bermasalah dipukul oleh kepala sekolah di depan seluruh
siswa, dengan rotan kayu dan itu sepertinya sakit sekali, saya tidak bisa
membayangkan setelah itu si anak bisa duduk atau tidak di kelas, karena yang
dipukul bagian (maaf) “pantat”. Seperti itulah realita disini, meskipun
saya diberi rotan kayu panjang itu saya tak pernah berani dan tak pernah ingin
melayangkan tangan saya mengasari mereka, apalagi untuk seusia SD dan TK.
Saya bersyukur sekali hidup
di negara yang sangat baik dan manis dalam memperlakukan murid, ada guru yang
melakukan tindak kekerasan saja sudah jadi tranding topik dimana-mana, belum
lagi kak seto muncul di media, kena pasal UUD kekerasan, ah pokoknya banyak
sekali akibat yang harus ditanggung. Dan saya sangat bersyukur, karena saya
tidak suka dikasari, tidak suka juga kekerasan.
Bersyukurlah hidup di tengah-tengah
lingkungan yang memperlakukan kita dengan baik dan sopan, J rindu
tanah airku...
18 Juni 2014
Pakpayoon, Pathallung.
gak semua sekolah nay hihii...terutama sekolah negri udah g da acra kyk gt hehee
BalasHapus