Keberhasilan Nabi Muhammad Saw dalam
membangun peradaban dunia dan kemudian ditambah lagi dengan kegemilangan
generasi para sahabat yang mewariskan sistem dan nilai luhur saat tampil
memegang tongkat kepemimpinan setelahnya merupakan torehan sejarah yang layak
dicatat dengan tinta emas.
Khulafaur Rasyidin adalah bukti dari suksesnya pewarisan sistem dan
nilai tersebut, wafatnya Nabi tidak serta-merta menjadikan Islam kehilangan
mercusuar peradabannya karena memang risalah ilahiyah ini tidak pernah
bergantung pada
satu namapun. Ditangan
empat khalifah yang pertama inilah Islam telah mencapai puncak kejayaannya.
Sebuah prestasi yang belum berulang dua kali sampai hari ini. hingga suatu hari
datang dan merebaknya fitnah yang disulut oleh kedengkian musuh-musuh Islam.
Utsman adalah sosok seorang pengusaha sukses yang selama hidupnya telah
menyumbangkan harta bendanya untuk kepentingan Islam, secara lahiriah usman
memang bukanlah seorang negarawan. Akan tetapi siapa sangka tokoh yang sudah
mencapai umur tua ini memiliki kemampuan yang berbeda dengan khalifah
sebelumnya dalam memimpin umat Islam. sifat kelemahlembutan dan kematangan
dalam dirinya membuat dia menjadi seorang pemimpin yang lembut dan paternalistik
(kebapak-an).
I. a. Utsman sebelum masuk Islam
Utsman dilahirkan
di mekkah pada tahun 573 masehi bertepatan dengan tahun ke enam dari kelahiran Nabi
saw. Ayahandanya ‘Affan ibn Abi Ash keturunan Bani Umayyah yang cukup disegani
pada saat itu. Dan jika ditelusuri silsilah keturunannya dengan Nabi maka akan
bertemu pada kakeknya yang ke enam yakni Abdi Manaf ibn Qushay.
Utsman adalah saudagar sukses yang berlimpah kekayaan harta. Namun, meski demikian beliau dikenal sebagai sosok yang rendah hati, pemalu, dan dermawan sehingga beliau begitu dihormati oleh masyarakat di sekelilingnya.
Utsman adalah saudagar sukses yang berlimpah kekayaan harta. Namun, meski demikian beliau dikenal sebagai sosok yang rendah hati, pemalu, dan dermawan sehingga beliau begitu dihormati oleh masyarakat di sekelilingnya.
b. Usman masuk Islam
Masuknya utsman kedalam Islam berawal dari
sebuah suara dalam mimpinya di bawah rindang pohon antara maan dan azzarqa yang
menyarankan agar beliau segera kembali ke mekkah sebab orang yang bernama
Muhammad telah muncul membawa ajaran baru yang kelak akan merubah dunia sebagai
utusan Tuhan.
Setelah terbangun dari mimpinya beliau
bergegas kembali ke mekkah dan menanyakan hal ihwal ataupun makna yang tersimpan
dari kejadian yang menimpanya. Kemudian beliau bertemu dengan Abu bakar dan
mengajaknya untuk mengikuti langkahnya yang lebih dahulu memeluk Islam. Lalu
menghadaplah keduanya kepada Rasulullah untuk menyatakankeIslamannya.
Sungguh tak terbilang pengorbanannya terhadap Islam, tak terbatas pada hartanya saja yang selalu dibelanjakan di jalan Allah nyawanya pun teramat sering terancam dengan berbagai pengucilan dan penyiksaan dari kerabat dan pemuka Quraisy ketika mereka tahu keIslamannya. Di sisi lain Allah serta rasulnya begitu mencintainya sehingga pernah satu riwayat disebutkan bahwa beliau adalah salah satu penghuni syurga yang akan menemani rasul kelak.
Sungguh tak terbilang pengorbanannya terhadap Islam, tak terbatas pada hartanya saja yang selalu dibelanjakan di jalan Allah nyawanya pun teramat sering terancam dengan berbagai pengucilan dan penyiksaan dari kerabat dan pemuka Quraisy ketika mereka tahu keIslamannya. Di sisi lain Allah serta rasulnya begitu mencintainya sehingga pernah satu riwayat disebutkan bahwa beliau adalah salah satu penghuni syurga yang akan menemani rasul kelak.
c. Usman menjadi
khalifah
Utsman bin Affan diangkat
menjadi khalifah atas dasar musyawarah dan keputusan sidang Panitia enam, yang
anggotanya dipilih oleh khalifah Umar bin khatab sebelum beliau wafat. Keenam
anggota panitia itu ialah Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdurahman bin
Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah.
Tiga hari setelah Umar bin
khatab wafat, mengadakan sidanglah enam orang ini. Abdurrahman bin Auf memulai
pembicaraan dengan mengatakan siapa diantara mereka yang bersedia mengundurkan
diri. Ia lalu menyatakan dirinya mundur dari pencalonan. Tiga orang lainnya
menyusul. Tinggallah Utsman dan Ali. Abdurrahman ditunjuk menjadi penentu. Ia
lalu menemui banyak orang meminta pendapat mereka. Namun pendapat masyarakat
pun terbelah.
Sebagian besar warga memang cenderung memilih Utsman. Sidangpun memutuskan
Ustman sebagai khalifah. Maka Utsman bin
Affan menjadi khalifah ketiga dan yang tertua. Pada saat diangkat, ia telah
berusia 70 tahun. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram tahun 24 H.
Pengumuman dilakukan setelah selesai Shalat dimasjid Madinah
Hal-hal yang dilakukan Usman saat menjadi khalifah :
Perluasan wilayah
Seperti yang telah
dikemukakan diatas bahwasanya utsman harus bekerja lebih keras lagi dalam
mempertahankan dan melanjutkan perjuangan panji Islam sebab berbagai ancaman
dan rintangan akan semakin berat untuknya mengingat pada masa sebelumnya telah
tersiar tanda-tanda adanya negeri yang pernah ditaklukkan oleh Islam hendak
berbalik memberontak padanya. Namun demikian, meski disana-sini banyak
kesulitan beliau sanggup meredakan dan menumpas segala pembangkangan mereka,
bahkan pada masa ini Islam berhasil tersebar hampir ke seluruh belahan dunia
mulai dari Anatolia, dan Asia kecil, Afganistan, Samarkand, Tashkent,
Turkmenistan, Khurasan dan Thabrani Timur hingga Timur Laut seperti Libya, Aljazair,
Tunisia, Maroko dan Ethiopia. Maka Islam lebih luas wilayahnya jika
dibandingkan dengan Imperium sebelumnya yakni Romawi dan Persia karena Islam
telah menguasai hampir sebagian besar daratan Asia dan Afrika.
Pembentukan armada laut Islam
pertama
Ide atau gagasan untuk membuat sebuah armada laut Islam sebenarnya telah ada sejak masa kekhalifahan umar bin khatab, namun beliu menolaknya lantaran khawatir akan membebani kaun muslimin pada saat itu.
Setelah kekhalifahan berpindah tangan pada usman maka gagasan itu diangkat kembali kepermukaan dan berhasil menjadi kesepakatan bahwa kaum muslimin memang harus ada yang mengarungi lautan meskipun sang khalifah mengajukan syarat untuk tidak memaksa seorangpun kecuali sukarela. Berkat armada laut ini wilayah Islam bertambah luas setelah menaklukkan pulau Cyprus meski harus melewati peperangan yang melelahkan.
Kodifikasi al Qur’an
Masa penyusunan al -Qur’an memang telah
ada pada masa Khalifah Abu Bakar atas usulan Umar bin Khaththab yang kemudian
disimpan ditangan istri Nabi Hafsah binti Umar. Berdasar
pertimbangan bahwa banyak dari para penghafal Al – Qur’an yang gugur usai
peperangan Yamamah. Kini setelah Ustman memegang tonggak kepemimpinan dan
bertambah luas pula wilayah kekuasaan Islam maka banyak ditemukan perbedaan
lahjah dan bacaan terhadap Al – Qur’an. Inilah yang mendorong beliau untuk
menyusun kembali Al – Qur’an yang ada pada Hafsah dan menyeragamkannya kedalam
bahasa Quraisy agar tidak terjadi perselisihan antara umat dikemudian hari.
Seperti halnya kitab suci umat lain yang selalu berbeda antar sekte yang satu
dengan yang lainnya. Maka diutuslah
beberapa orang kepercayaannya untuk menyebarkan Al – Qur’an hasil kodifikasinya
ke beberapa daerah penting antara lain Makkah, Syiria. Kuffah, Syam, Bashrah
dan Yaman. Kemudian Beliau menginstruksikan untuk membakar seluruh mushaf yang
lain dan berpatokan pada mushaf yang baru yang diberi nama Mushaf Al-Iman.
Di samping itu,
usman juga melakukan pembangunan fisik lainnya seperti membangun perumahan
penduduk, gedung peradilan, jalan-jalan, jembatan, dan fasilitas lainnya.
Dalam bidang
politik, banyak sejarawan menilai usman melakukan praktik nepotisme. Ia
mengangkat pejabat-pejabat yang berasal dari kalangan keluarganya, meskipun
tidak layak untuk memegang jabatan tersebut. Awal praktik nepotismenya yang
menurut para sejarawan adalah pemecatan al Mughirah ibn Abi Syu’bah sebagai
gubernur kufah dan digantikan oleh Sa’ad ibn al Ash, saudara sepupu Usman. Yang
lebih fatal, jabatan sekretaris negara yang merupakan jabatan strategis dan
sangat penting dalam pemerintahan, diserahkannya kepada marwan ibn hakam,
saudara sepupunya juga. Marwan adalah politisi licik dan haus kekuasaan.
III. Akhir Masa Kepemimpinan Ustman bin Affan
Satu dekade pertama kepemimpinan Ustman adalah masa yang dipenuhi dengan prestasi penting dan kesejahteraan ekonomi yang tiada duanya, terkecuali pada dua tahun terakhir yang berbanding terbalik dengan sebelumnya kondisi serba sulit akibat merebaknya fitnah dan kedengkian musuh – musuh Islam yang diarahkan padanya sehingga beliau syahid dengan amat tragis pada jum’at sore 18 Dzulhijjah 35 H ditangan pemberontak Islam.
Di akhir masa pemerintahan usmana ter;jadi
beberapa gejolak besar. Salah satunya adalah fitnah yang dilayangkan
orang-orang yang benci kepada pemerintahan usman. Tokoh yang menyebarkan fitnah
tersebut adalah ibnu saba, ia meniup dan menyalakan api fitnah ke seluruh
penjuru negara Islam.
Mula-mula ia pergi ke baghdad lalu ke
kufah, kemudian ke syam dan setelah itu ke mesir. Selama perjalanannya dia
menyuruh kalangan muslim untuk membelanya dan ikut menyebarkan berita fitnah
itu kemana-mana. Isi propagandanya adalah bahwa ali adalah penerima wasiat nabi
yang juga penutup para penerima wasiat, dengan demikian usman telah mengambil
kedudukan ali sebagai waris karib rasulullah secara tidak sah.
Setelah muncul
banyak fitnah, usman menangani masalah ini dengan cara :
1. Mengumpulkan dewan syura dari kalangan sahabat dan
meminta pendapat mereka tentang kebijakan apa yang seharausnya diambil dalam
menangani pemberontakan yang muncul di beberapa daerah dan hasilnya
disosialisaikan oleh usman.
2. Beliu mengutus orang untuk menyelediki kejadian yang
sebenarnya dan meneliti akar permasalahan
3. Beliu meminta para gubernur agar berkumpul di madinah
kemudian mendiskusikan sebab permasalahan dan beliu mengarahkan mereka agar
selalu berbuat baik terhadap rakyat dan menghindari semua pergolakan dan
perselisihan.
4. Memerintahkan para gubernur agar tidak memberikan
tindakan yang keras kepada para perusuh atau memenjarakan dan membunuh mereka.
5. Mengabulkan beberapa pertukaran gubernur dengan
gubernur yang mereka inginkan
Dengan adanya
pembelaan usman yang seperti itu, tetap belum bisa memadamkan api pergolakan
yang terjadi. Bahkan kaum pemberontak semakin menjadi dan melakukan pengepungan
ke rumah usman. Sampai akhirnya terjadilah tragedi pembunuhan usman.
Daftar pustaka
Iqbal, Muhammad, Fiqh
siyasah : Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, Jakarta : Gaya Media Pratama,
Cetakan ke-2 September 2007.
Muhammad
Husain Haekal, Usman bin Affan, Antara Kekhalifahan dengan Kerajaan,
cetakan kelima, Jakarta: Litera Antar Nusa, 2007.
0 komentar:
Posting Komentar